BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Di dalam sebuah
perpustakaan terdapat banyak buku. Buku tersebut harus di susun ke dalam rak
agar terlihat rapi. Penyusunan buku pada rak itu di sebut klasifikasi. Ada
klasifikasi berdasarkan sifat fisik buku, ada juga yang berdasarkan isi atau
subyek buku.
Dalam menentukan
kelas suatu subyek, kita perlu melihat bagan DDC untuk menentukan nomor kelas
subyek tersebut. Ada cara yang lain untuk menentukan nomor kelasnya yaitu
dengan berpegangan pada indeks subyek. Subyek yang ingin di tentukan nomor
kelasnya di cari pada indeks tersebut, apabila di temukan, maka nomor kelasnya juga di temukan karena nomor
kelas terdapat di samping subyek
tersebut. Setelah di temukan, kemudian periksa pada bagan DDC apa subyek tersebut
sesuai dengan nomor kelasnya.
Pada makalah ini,
di bahas tentang Indeks subyek dan kegunaannya serta cara penyusunannya.
B. Rumusan masalah
Pada makalah ini di
bahas tentang :
1.
Pengertian Indeks Subyek
2.
Kegunaan Indeks Subyek
3.
Memahami Indeks Subyek
4.
Bentuk Indeks Subyek
5.
Tabel Indeks Subyek
6.
Cara Menyusun Indeks Subyek
7.
Kartu Sinonim
C.
Tujuan
Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah KLASIFIKASI I dan sebagai bahan
bacaan untuk untuk memperdalam ilmu pada mata kuliah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Indeks Subyek
Indeks subyek,
yang terdiri dari sejumlah tajuk dengan perincian aspek-aspeknya yang di susun
secara alfabetis, dan memberikan petunjuk berupa nomor kelas, yang memungkinkan
orang mencari tajuk yang tercantum dalam indeks pada bagan dan tabel-tabel.
Pada bagan,
berbagai aspek dari suatu subyek terpisah-pisah letaknya, dalam berbagai
disiplin, sedangkan di dalam indeks, aspek-aspek suatu subyek dikumpulkan
bersama-sama di bawah tajuk subyeknya, ddan di sertai indikator letaknya (nomor
kelas) di dalam bagan. Oleh karena penempatan aspek-aspek subyek yang tidak
tetap inilah maka indeks DDC di sebut indeks relatif. Dengan singkat dapat di
katakan bahwa tajuk dalam bagan di susun secara sistematis dan tajuk dalam
indeks disusun secara alfabetis.
Perlu diperhatikan
bahwa kelas yang dicantumkan di belakang tajuk atau aspek-aspek di dalam indeks
benar-benar hanya merupakan indicator saja, sehingga orang harus
membandingkannya dengan nomor kelas pada bagan untuk mendapatkan yang paling
tepat.1
B.
Kegunaan Indeks Subyek
Salah satu
kegunaan klasifikasi di samping sebagai tanda tempat penyimpanan buku, juga
sebagai system dalam penjajaran kartu-kartu katalog.
Susunan subyek
tidak harus berupa tajuk-tajuk subyek verbal. Sebagai gantinya susunan subyek
dapat berupa susunan notasi-notasi klasifikasi yang menunjukkan subyek-subyek
buku yang telah diklasifikasi.
Kendala dalam
susunan klasifikasi ini akan dijumpai manakala pembaca kurang memahami system
klasifikasi. Dalam hal ini, kita harus menyediakan suatu sarana perantara
berupa indeks subyek yang mengacu pada notasi klasifikasi. Indeks ini berfungsi
untuk membimbing pembaca agar sampai kepada susunan klasifikasi yang digunakan.
Misalnya seseorang yang ingin mengetahui buku apa saja yang di punyai
perpustakaan pada bidang kurikulum, mungkin yang bersangkutan belum mengetahui
bahwa notasi 375 adalah notasi yang mewakili subyek tentang kurikulum.
Tetapi dengan adanya indeks subyek
(antara lain dengan istilah “kurikulum” yang mengacu pada notasi”375”), maka
akan tertuntun, sampai kepada kelompok buku-buku yang bernotasi 375.2
C.
Memahami Indeks Subyek
Untuk dapat
memakai indeks relatif dengan baik, kita perlu mengetahui apa isinya, bagaimana
susunannya, bagaimana memakainya dan beberapa catatan lainnya, seperti
dijelaskan di bawah ini:
1)
Indeks terdiri dari sejumlah entri
subyek, masing-masing untuk setiap istilah yang di anggap penting yang terdapat
dalam tabel dan bagan baik yang berdiri sendiri (tidak diperinci) maupun yang
di perinci ke dalam aspek-aspeknya.
2)
Entri dalam indeks di susun secara
alfabetis, demikian juga perincian aspek-aspek dari entri yang diperinci.
3)
Hampir semua entri subyek yang
bernomor kelas tersendiri dalam bagan, diberikan indikator nomor kelas, yang
tertera di belakang setiap entri atau aspeknya; juga bagi sejumlah entri yang
nomor kelasnya harus diperoleh dengan proses sintesa notasi.
4)
Tentu saja tidak praktis untuk
mencantumkan dalam indeks semua topic yang terdapat dalam bagan. Indeks
misalnya juga mencantumkan semua nama orang, kota, barang tambang, dan
sebagainya.
5)
Sebaliknya indeks mencantumkan
juga sejumlah entri yang tidak terdapat dalam bagan. Ini tidak berarti bagannya
tidak lengkap tetapi cara itu membantu kita untuk mengetahui bahwa entri
tersebut merupakan bagian entri yang ada dalam bagan.
6)
Indeks DDC disebut indeks relatif
oleh karena di dalam bagan aspek-aspek suatu subyek terpencar-pencar tempatnya
dalam berbagai disiplin, sedangkan dalam bagan aspek-aspek itu di kumpulkan
bersama-sama di bawah subyeknya dan nomor kelas yang terdapat di belakang tiap
aspek menunjukkan tempatnya di dalam bagan. Nomor kelas ini ada yang tepat sama
dengan yang tercantum dalam bagan akan tetapi banyak juga yang hanya memberikan
petunjuk saja sehingga perlu kita bandingkan dengan nomor kelas dalam bagan untuk
menentukan nomor kelas yang tepat.
7)
Di belakang beberapa entri dalam
indeks terdapat serangkaian nomor kelas, misalnya 543-545 untuk aspek analitik
ilmu kimia. Hal ini berarti bahwa di dalam bagan topic dan rangkaian nomor
kelas itu diperinci lebih lanjut.
8)
Sebagaimana dalam, indeks juga
mempunyai penunjukan silang (cossreferences) dengan mempergunakan istilah atau
ungkapan lihat, lihat juga.
Penunjukan lihat memberikan petunjukan dari entri yang tidak di beri nomor
kelas kepada entri lain yang bernomor kelas dalam indeks. Penunjukan lihat juga
memberikan petunjuk dari satu entri bernomor kelas kepada entri lain dalam
disiplin yang sama yang juga di beri nomor kelas dalam indeks tetapi yang
perincian aspeknya berlainan.3
D.
Bentuk indeks subyek
Indeks subyek
disusun berangkaisecara berjenjang dari subyek yang lebih khusus ke subyek yang
lebih umum dan di rangkaikan/ menunjuk pada notasi klasifikasi dari subyek yang
bersangkutan.
Contoh : Agama
Islam 2x0
Ilmu social 300
Kurikulum : Pendidikan : Ilmu Sosial 375
Kurikulum : Pendidikan : Agama Islam 2x7.35
Kurikulum: Sekolah dasar : Ilmu Sosial 372.5
Kurikulum : Sekolah Menengah : Ilmu
Sosial 373.19
Pendidikan :Ilmu Sosial 370
Pendidikan
: Agama Islam 2x7.3
Setiap indeks
subyek dibuat pada satu kartu katalog, selanjutnya kartu-kartu indeks disusun
secara abjad.4
E.
Tabel Indeks Subyek
Indeks subyek terdiri dari berbagai subyek. Di
dalam makalah ini indeks relatif dilampirkan tersendiri.
F.
Cara Menyusun Indeks Subyek
Setiap notasi yang
menunjukkan subyek dari suatu buku yang telah diklasifikasi, dianalisis
struktur notasi subyek secara bertahap, angka demi angka, sejak dari angka yang
menunjukkan subyek yang paling umum sampai angka yang menunjukkan aspek subyek
yang paling spesifik.
Contoh :
1.
Notasi 375
300 Ilmu Sosial
370 Pendidikan
375 Kurikulum
Indeks subyek disusun secara terbalik dari hasil analisis
tersebut dari subyek yang paling khusus sampai ke istilah subyek yang paling
umum dalam struktur notasi tersebut :
Kurikulum : Pendidikan
: Ilmu Sosial 375
Pendidikan : Ilmu
Sosial 370
Ilmu Sosial 300
2.
Notasi 2x7.35
200 Agama
2x0 Islam
2x7 Filsafat dan perkembangan
2x7.3 Pendidikan
2x7.35 Kurikulum
Indeks subyek disusun secara terbalik sebagai berikut :
Kurikulum : Pendidikan
: Agama Islam 2x7.35
Pendidikan : Agama Islam 2x7.3
Filsafat dan perkembangan :
Agama Islam 2x7
Agama Islam 2x0
Setiap angka dalam langkah analisis itu kita terjemahkan
dengan istilah khusus yang menunjukkan subyek yang bersangkutan bila
dirangkaikan dengan istilah dalam langkah terdahulu. Perhatikan analisis di
bawah ini :
Notasi 823
800 Kesusasteraan
820 Inggris
823 Fiksi
820 disebut dengan”Inggris” bukan “Kesusasteraan Inggris”
Dan 823 disebut dengan “Fiksi” bukan “Fiksi Inggris”
Dalam indeks subyek, istilah-istilah disebutkan secara
berangkai dari istilah subyek yang paling khusus ke istilah yang paling umum dan
menunjuk pada notasi yang bersangkutan. Masing-masing rangkaian indeks dibuat
dalam satu kartu dan kartu-kartu disusun secara abjad.
Perlu di ingat bahwa susunan indeks subyek tidak ada dua
rangkaian indeks yang sama. Jadi sebelum membuat suatu rangkaian indeks
terlebih dahulu periksalah susunan indeks subyek yang telah ada. Jika ternyata
indeks yang akan di buat telah ada dalam
susunan kartu indeks, tidak perlu dibuat lagi, karena indeks subek hanya dibuat
satu kali meskipun buku pada subyek yang sama ada beribu-ribu jumlahnya.
G.
Kartu Sinonim
Berbeda dengan
system tajuk subyek verbal yang
mementingkan penunjukan-penunjukan silang, pada susunan indeks subyek tidak
perlu dibuatkan penunjukan-penunjukan. Sinonim-sinonim dengan demikian harus
pula dibuatkan indeksnya.
Contoh untuk
membuat indeks notasi 625.1
600 Teknologi(Ilmu Terapan)
620 Ilmu Teknik
625 Teknik Perkeretaapian dan jalan raya
625.1 Jalan kereta api
Indeks subyek yang
dibuat adalah:
Jalan kereta
api :
Ilmu teknik 625.1
Teknik
perkeretaapian dan jalan raya 625
Ilmu teknik 620
Teknologi 600
Ilmu terapan 600
Rel kerete api
: Ilmu teknik 625.1
“Ilmu Terapan “ dan
“Rel kereta api” masing-masing adalah sinonim dari “Teknologi” dan “Jalan
kereta api “.
Jika kartu indeks
tersebut disusun secara abjad akan tersusun sebagai berikut :
Ilmu teknik 620
Ilmu terapan 600
Jalan kereta
api : Ilmu teknik 625.1
Rel kereta api : Ilmu teknik 625.1
Teknologi 600
END NOTE
Drs. Towa P.
Hamakonda, 2010, Pengantar klasifikasi Persepuluhan Dewey : Libri, hlm 12.1
Muh. Kailani Eryono, 1993,
pengolahan bahan pustaka : Universitas Terbuka, hlm 275.2
Drs. Towa P. Hamakonda, Ibid, hlm
28.3
Muh. Kailani
Eryono, Ibid, hlm 276.4
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Indeks subyek
terdiri dari sejumlah tajuk dengan perincian aspek-aspeknya yang disusun secara
alfabetis , dan memberikan petunjuk berupa nomor kelas, yang memungkinkan orang
mencari tajuk yang tercantum dalam indeks pada bagan.
Indeks ini berfungsi
membimbing pembaca agar sampai kepada susunan klasifikasi yang digunakan.
Setiap notasi yang
menunjukkn subyek dari suatu buku yang telah di klasifikasi, di analisis
struktur notasi subyek tersebut secara bertahap, angka demi angka, sejak dari
angka yang menunjukkan subyek yang paling umum sampai angka yang menunjukkan
subyek yang paling spesifik.
Sebelum membuat suatu
rangkaian indeks terlebih dahulu diperiksa susunan indeks subyek yang telah
ada. Jika ternyata indek yang akan di buat telah ada dalam susunan kartu
indeks, tidak perlu dibuatkan lagi, karena indeks subyek hanya dibuat satu kali
meskipun buku pada subyek yang sama ada beribu-ribu jumlahnya.
B.
Saran
Jadi apabila
merasa kesulitan dalam menentukan nomor kelas dengan melihat bagan DDC, maka
kita tentukan dulu subyek dari bahan pustaka yang akan dikasifikasi kemudian
lihat pada tabel indeks subyek maka hal itu akan lebih mudah dalam
menentukannya. Setelah itu kemudian di cek (di periksa ) pada bagan DDC, apa
nomor kelas yang di tentukan telah sesuai dengan subyeknya.
DAFTAR PUSTAKA
Hamakonda , Drs. Towa P. , J.N.B.
Tairas, Pengantar klasifikasi
persepuluhann DEWEY,. Jakarta: Libri,2010.
Eryono, Muh.Kailani, Pengolahan Bahan pustaka , Jakarta:
Universitas terbuka,1993
Tidak ada komentar:
Posting Komentar