Selasa, 03 April 2012



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah
Di dalam sebuah perpustakaan terdapat banyak buku. Buku tersebut harus di susun ke dalam rak agar terlihat rapi. Penyusunan buku pada rak itu di sebut klasifikasi. Ada klasifikasi berdasarkan sifat fisik buku, ada juga yang berdasarkan isi atau subyek buku.
Dalam menentukan kelas suatu subyek, kita perlu melihat bagan DDC untuk menentukan nomor kelas subyek tersebut. Ada cara yang lain untuk menentukan nomor kelasnya yaitu dengan berpegangan pada indeks subyek. Subyek yang ingin di tentukan nomor kelasnya di cari pada indeks tersebut, apabila di temukan, maka  nomor kelasnya juga di temukan karena nomor kelas terdapat di  samping subyek tersebut. Setelah di temukan, kemudian periksa pada bagan DDC apa subyek tersebut sesuai dengan nomor kelasnya.
Pada makalah ini, di bahas tentang Indeks subyek dan kegunaannya serta cara penyusunannya.
B.      Rumusan masalah
Pada makalah ini di bahas tentang :
1.      Pengertian Indeks Subyek
2.      Kegunaan Indeks Subyek
3.      Memahami Indeks Subyek
4.      Bentuk Indeks Subyek
5.      Tabel Indeks Subyek
6.      Cara Menyusun Indeks Subyek
7.      Kartu Sinonim

C.     Tujuan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah KLASIFIKASI I dan sebagai bahan bacaan untuk untuk memperdalam ilmu pada mata kuliah ini.


     BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian  Indeks Subyek
Indeks subyek, yang terdiri dari sejumlah tajuk dengan perincian aspek-aspeknya yang di susun secara alfabetis, dan memberikan petunjuk berupa nomor kelas, yang memungkinkan orang mencari tajuk yang tercantum dalam indeks pada bagan dan tabel-tabel.
Pada bagan, berbagai aspek dari suatu subyek terpisah-pisah letaknya, dalam berbagai disiplin, sedangkan di dalam indeks, aspek-aspek suatu subyek dikumpulkan bersama-sama di bawah tajuk subyeknya, ddan di sertai indikator letaknya (nomor kelas) di dalam bagan. Oleh karena penempatan aspek-aspek subyek yang tidak tetap inilah maka indeks DDC di sebut indeks relatif. Dengan singkat dapat di katakan bahwa tajuk dalam bagan di susun secara sistematis dan tajuk dalam indeks disusun secara alfabetis.
Perlu diperhatikan bahwa kelas yang dicantumkan di belakang tajuk atau aspek-aspek di dalam indeks benar-benar hanya merupakan indicator saja, sehingga orang harus membandingkannya dengan nomor kelas pada bagan untuk mendapatkan yang paling tepat.1
B.     Kegunaan Indeks Subyek
Salah satu kegunaan klasifikasi di samping sebagai tanda tempat penyimpanan buku, juga sebagai system dalam penjajaran kartu-kartu katalog.
Susunan subyek tidak harus berupa tajuk-tajuk subyek verbal. Sebagai gantinya susunan subyek dapat berupa susunan notasi-notasi klasifikasi yang menunjukkan subyek-subyek buku yang telah diklasifikasi.
Kendala dalam susunan klasifikasi ini akan dijumpai manakala pembaca kurang memahami system klasifikasi. Dalam hal ini, kita harus menyediakan suatu sarana perantara berupa indeks subyek yang mengacu pada notasi klasifikasi. Indeks ini berfungsi untuk membimbing pembaca agar sampai kepada susunan klasifikasi yang digunakan. Misalnya seseorang yang ingin mengetahui buku apa saja yang di punyai perpustakaan pada bidang kurikulum, mungkin yang bersangkutan belum mengetahui bahwa notasi 375 adalah notasi yang mewakili subyek tentang kurikulum. Tetapi  dengan adanya indeks subyek (antara lain dengan istilah “kurikulum” yang mengacu pada notasi”375”), maka akan tertuntun, sampai kepada kelompok buku-buku yang bernotasi 375.2
C.     Memahami Indeks Subyek
Untuk dapat memakai indeks relatif dengan baik, kita perlu mengetahui apa isinya, bagaimana susunannya, bagaimana memakainya dan beberapa catatan lainnya, seperti dijelaskan di bawah ini:
1)      Indeks terdiri dari sejumlah entri subyek, masing-masing untuk setiap istilah yang di anggap penting yang terdapat dalam tabel dan bagan baik yang berdiri sendiri (tidak diperinci) maupun yang di perinci ke dalam aspek-aspeknya.
2)      Entri dalam indeks di susun secara alfabetis, demikian juga perincian aspek-aspek dari entri yang diperinci.
3)      Hampir semua entri subyek yang bernomor kelas tersendiri dalam bagan, diberikan indikator nomor kelas, yang tertera di belakang setiap entri atau aspeknya; juga bagi sejumlah entri yang nomor kelasnya harus diperoleh dengan proses sintesa notasi.
4)      Tentu saja tidak praktis untuk mencantumkan dalam indeks semua topic yang terdapat dalam bagan. Indeks misalnya juga mencantumkan semua nama orang, kota, barang tambang, dan sebagainya.
5)      Sebaliknya indeks mencantumkan juga sejumlah entri yang tidak terdapat dalam bagan. Ini tidak berarti bagannya tidak lengkap tetapi cara itu membantu kita untuk mengetahui bahwa entri tersebut merupakan bagian entri yang ada dalam bagan.
6)      Indeks DDC disebut indeks relatif oleh karena di dalam bagan aspek-aspek suatu subyek terpencar-pencar tempatnya dalam berbagai disiplin, sedangkan dalam bagan aspek-aspek itu di kumpulkan bersama-sama di bawah subyeknya dan nomor kelas yang terdapat di belakang tiap aspek menunjukkan tempatnya di dalam bagan. Nomor kelas ini ada yang tepat sama dengan yang tercantum dalam bagan akan tetapi banyak juga yang hanya memberikan petunjuk saja sehingga perlu kita bandingkan dengan nomor kelas dalam bagan untuk menentukan nomor kelas yang tepat.
7)      Di belakang beberapa entri dalam indeks terdapat serangkaian nomor kelas, misalnya 543-545 untuk aspek analitik ilmu kimia. Hal ini berarti bahwa di dalam bagan topic dan rangkaian nomor kelas itu diperinci lebih lanjut.
8)      Sebagaimana dalam, indeks juga mempunyai penunjukan silang (cossreferences) dengan mempergunakan istilah atau ungkapan lihat, lihat juga. Penunjukan lihat memberikan petunjukan dari entri yang tidak di beri nomor kelas kepada entri lain yang bernomor kelas dalam indeks. Penunjukan lihat juga memberikan petunjuk dari satu entri bernomor kelas kepada entri lain dalam disiplin yang sama yang juga di beri nomor kelas dalam indeks tetapi yang perincian aspeknya berlainan.3
D.    Bentuk indeks subyek
Indeks subyek disusun berangkaisecara berjenjang dari subyek yang lebih khusus ke subyek yang lebih umum dan di rangkaikan/ menunjuk pada notasi klasifikasi dari subyek yang bersangkutan.
Contoh : Agama Islam                  2x0
         Ilmu social                      300
         Kurikulum : Pendidikan : Ilmu Sosial                375
         Kurikulum : Pendidikan : Agama Islam            2x7.35
         Kurikulum: Sekolah dasar : Ilmu Sosial 372.5
         Kurikulum : Sekolah Menengah : Ilmu Sosial   373.19
         Pendidikan :Ilmu Sosial                                     370
         Pendidikan : Agama Islam                                 2x7.3

Setiap indeks subyek dibuat pada satu kartu katalog, selanjutnya kartu-kartu indeks disusun secara abjad.4

E.     Tabel Indeks Subyek
 Indeks subyek terdiri dari berbagai subyek. Di dalam makalah ini indeks relatif dilampirkan tersendiri. 
F.      Cara Menyusun Indeks Subyek
Setiap notasi yang menunjukkan subyek dari suatu buku yang telah diklasifikasi, dianalisis struktur notasi subyek secara bertahap, angka demi angka, sejak dari angka yang menunjukkan subyek yang paling umum sampai angka yang menunjukkan aspek subyek yang paling spesifik.
Contoh :
1.      Notasi 375
      300            Ilmu Sosial
            370            Pendidikan
      375            Kurikulum
Indeks subyek disusun secara terbalik dari hasil analisis tersebut dari subyek yang paling khusus sampai ke istilah subyek yang paling umum dalam struktur notasi tersebut :
Kurikulum  :   Pendidikan  :  Ilmu Sosial   375
Pendidikan :   Ilmu Sosial                           370
Ilmu Sosial                                                  300

2.      Notasi  2x7.35
  200           Agama
            2x0           Islam
            2x7           Filsafat dan perkembangan
            2x7.3        Pendidikan
            2x7.35      Kurikulum
Indeks subyek disusun secara terbalik sebagai berikut :
Kurikulum            :  Pendidikan   :  Agama Islam            2x7.35
Pendidikan           :  Agama Islam                                    2x7.3
Filsafat dan perkembangan :  Agama Islam                     2x7
Agama Islam                                                                    2x0

Setiap angka dalam langkah analisis itu kita terjemahkan dengan istilah khusus yang menunjukkan subyek yang bersangkutan bila dirangkaikan dengan istilah dalam langkah terdahulu. Perhatikan analisis di bawah ini :
Notasi       823
                 800      Kesusasteraan
                 820      Inggris
                 823      Fiksi
820 disebut dengan”Inggris” bukan “Kesusasteraan Inggris”
Dan 823 disebut dengan “Fiksi” bukan “Fiksi Inggris”

Dalam indeks subyek, istilah-istilah disebutkan secara berangkai dari istilah subyek yang paling khusus ke istilah yang paling umum dan menunjuk pada notasi yang bersangkutan. Masing-masing rangkaian indeks dibuat dalam satu kartu dan kartu-kartu disusun secara abjad.
Perlu di ingat bahwa susunan indeks subyek tidak ada dua rangkaian indeks yang sama. Jadi sebelum membuat suatu rangkaian indeks terlebih dahulu periksalah susunan indeks subyek yang telah ada. Jika ternyata indeks yang akan di buat  telah ada dalam susunan kartu indeks, tidak perlu dibuat lagi, karena indeks subek hanya dibuat satu kali meskipun buku pada subyek yang sama ada beribu-ribu jumlahnya.


G.    Kartu Sinonim
Berbeda dengan system tajuk subyek verbal  yang mementingkan penunjukan-penunjukan silang, pada susunan indeks subyek tidak perlu dibuatkan penunjukan-penunjukan. Sinonim-sinonim dengan demikian harus pula dibuatkan indeksnya.
Contoh untuk membuat indeks notasi 625.1
600      Teknologi(Ilmu Terapan)
620      Ilmu Teknik
625      Teknik Perkeretaapian dan jalan raya
625.1   Jalan kereta api

Indeks subyek yang dibuat adalah:
Jalan kereta api  :  Ilmu teknik                        625.1
Teknik perkeretaapian dan jalan raya              625
Ilmu teknik                                                      620
Teknologi                                                        600
Ilmu terapan                                                    600
Rel kerete api :  Ilmu teknik                            625.1

“Ilmu Terapan “ dan “Rel kereta api” masing-masing adalah sinonim dari “Teknologi” dan “Jalan kereta api “.

Jika kartu indeks tersebut disusun secara abjad akan tersusun sebagai berikut :
Ilmu teknik                                          620
Ilmu terapan                                        600
Jalan kereta api  : Ilmu teknik             625.1
Rel kereta api     : Ilmu teknik             625.1
Teknologi                                            600






















END NOTE

Drs. Towa P. Hamakonda, 2010, Pengantar klasifikasi Persepuluhan Dewey : Libri, hlm 12.1
  
            Muh. Kailani Eryono, 1993, pengolahan bahan pustaka : Universitas Terbuka, hlm 275.2

            Drs. Towa P. Hamakonda, Ibid, hlm 28.3

Muh. Kailani Eryono, Ibid, hlm 276.4





















         BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Indeks subyek terdiri dari sejumlah tajuk dengan perincian aspek-aspeknya yang disusun secara alfabetis , dan memberikan petunjuk berupa nomor kelas, yang memungkinkan orang mencari tajuk yang tercantum dalam indeks pada bagan.
Indeks ini berfungsi membimbing pembaca agar sampai kepada susunan klasifikasi yang digunakan.
Setiap notasi yang menunjukkn subyek dari suatu buku yang telah di klasifikasi, di analisis struktur notasi subyek tersebut secara bertahap, angka demi angka, sejak dari angka yang menunjukkan subyek yang paling umum sampai angka yang menunjukkan subyek yang paling spesifik.
Sebelum membuat suatu rangkaian indeks terlebih dahulu diperiksa susunan indeks subyek yang telah ada. Jika ternyata indek yang akan di buat telah ada dalam susunan kartu indeks, tidak perlu dibuatkan lagi, karena indeks subyek hanya dibuat satu kali meskipun buku pada subyek yang sama ada beribu-ribu jumlahnya.

B.     Saran
Jadi apabila merasa kesulitan dalam menentukan nomor kelas dengan melihat bagan DDC, maka kita tentukan dulu subyek dari bahan pustaka yang akan dikasifikasi kemudian lihat pada tabel indeks subyek maka hal itu akan lebih mudah dalam menentukannya. Setelah itu kemudian di cek (di periksa ) pada bagan DDC, apa nomor kelas yang di tentukan telah sesuai dengan subyeknya.







DAFTAR PUSTAKA

Hamakonda , Drs. Towa P. , J.N.B. Tairas, Pengantar klasifikasi persepuluhann DEWEY,. Jakarta: Libri,2010.
Eryono, Muh.Kailani, Pengolahan Bahan pustaka , Jakarta: Universitas terbuka,1993



Tidak ada komentar:

Posting Komentar