Senin, 16 Juli 2012

8 (Delapan) Hal Keutamaan dalam Berjilbab/Hijab


8 (Delapan) Hal Keutamaan dalam Berjilbab/Hijab
Posted by Admin pada 19/10/2009
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memerintahkan kaum wanita untumenggunakan hijab sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala     (yang artinya):
“Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluan-nya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (Q.S An-Nur: 31).
1.   Hijab Itu Adalah Ketaatan Kepada Allah Dan Rasul
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya): “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak pula bagi perempuan yang mu’minah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata.” (Q.S. Al-Ahzab: 36).



Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memerintahkan kaum wanita untuk menggunakan hijab sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya): “Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluan-nya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.”(Q.S An-Nur: 31).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah.” (Q.S. Al-Ahzab: 33).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yanga artinya): “Apabila kamu meminta suatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Q.S. Al-Ahzab: 53).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” (Q.S. Al-Ahzab: 59).
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Wanita itu aurat” maksudnya adalah bahwa ia harus menutupi tubuhnya.



2.  Hijab Itu ‘Iffah (Kemuliaan)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kewajiban menggunakan hijab sebagai tanda ‘Iffah (menahan diri dari maksiat). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.” (Q.S. Al-Ahzab: 59).
Itu karena mereka menutupi tubuh mereka untuk menghindari dan menahan diri dari perbuatan jelek (dosa), “karena itu mereka tidak diganggu”. Maka orang-orang fasik tidak akan mengganggu mereka. Dan pada firman Allah “karena itu mereka tidak diganggu” sebagai isyarat bahwa mengetahui keindahan tubuh wanita adalah suatu bentuk gangguan berupa fitnah dan kejahatan bagi mereka.
3.  Hijab Itu Kesucian
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Apabila kamu meminta suatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Q.S. Al-Ahzab: 53)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati hijab sebagai kesucian bagi hati orang-orang mu’min, laki-laki maupun perempuan. Karena mata bila tidak melihat maka hatipun tidak berhasrat. Pada saat seperti ini, maka hati yang tidak melihat akan lebih suci. Ketiadaan fitnah pada saat itu lebih nampak, karena hijab itu menghancurkan keinginan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya.” (Q.S. Al-Ahzab: 32)
4.  Hijab Itu Pelindung
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya Allah itu Malu dan Melindungi serta Menyukai rasa malu dan perlindungan”
Sabda beliau yang lain (yang artinya): “Siapa saja di antara wanita yang melepaskan pakaiannya di selain rumahnya, maka Allah Azza wa Jalla telah mengoyak perlindungan rumah itu dari padanya.”Jadi balasannya setimpal dengan perbuatannya.
5.  Hijab Itu Taqwa
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman(yang artinya): “Hai anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik.” (Q.S. Al-A’raaf: 26).
6.  Hijab Itu Iman
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak berfirman kecuali kepada wanita-wanita beriman (yang artinya):“Dan katakanlah kepada wanita yang beriman.” (Q.S. An-Nur: 31).
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman (yang artinya): “Dan istri-istri orang beriman.” (Q.S. Al-Ahzab: 59).
Dan ketika wanita-wanita dari Bani Tamim menemui Ummul Mu’minin, Aisyah radhiyallahu anha dengan pakaian tipis, beliau berkata: “Jika kalian wanita-wanita beriman, maka (ketahuilah) bahwa ini bukanlah pakaian wanita-wanita beriman, dan jika kalian bukan wanita beriman, maka silahkan nikmati pakaian itu.”
7.  Hijab Itu Haya’ (Rasa Malu)
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.”Sabda beliau yang lain (yang artinya):“Malu itu adalah bagian dari iman dan iman itu di surga.”
Sabda Rasul yang lain (yang artinya): “Malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya di angkat maka yang lainpun akan terangkat.”
8.  Hijab Itu Perasaan Cemburu
Hijab itu selaras dengan perasaan cemburu yang merupakan fitrah seorang laki-laki sempurna yang tidak senang dengan pandangan-pandangan khianat yang tertuju kepada istri dan anak wanitanya. Berapa banyak peperangan terjadi pada masa Jahiliyah dan masa Islam akibat cemburu atas seorang wanita dan untuk menjaga kehormatannya. Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu berkata: “Telah sampai kepadaku bahwa wanita-wanita kalian berdesak-desakan dengan laki-laki kafir orang ‘ajam (non Arab) di pasar-pasar, tidakkah kalian merasa cemburu? Sesungguhnya tidak ada kebaikan pada seseorang yang tidak memiliki perasaan cemburu.”

Beberapa Syarat Hijab Yang Harus Terpenuhi:
1.   Menutupi seluruh anggota tubuh wanita -berdasarkan pendapat yang paling kuat.
2.  Hijab itu sendiri pada dasarnya bukan perhiasan.
3.  Tebal dan tidak tipis atau trasparan.
4.  Longgar dan tidak sempit atau ketat.
5.  Tidak memakai wangi-wangian.
6.  Tidak menyerupai pakaian wanita-wanita kafir.
7.  Tidak menyerupai pakaian laki-laki.
8.  Tidak bermaksud memamerkannya kepada orang-orang.
Jangan Berhias Terlalu Berlebihan(Tabarruj)
Bila anda memperhatikan syarat-syarat tersebut di atas akan nampak bagi anda bahwa banyak di antara wanita-wanita sekarang ini yang menamakan diri sebagai wanita berjilbab, padahal pada hakekatnya mereka belum berjilbab. Mereka tidak menamakan jilbab dengan nama yang sebenarnya. Mereka menamakan Tabarruj sebagai hijab dan menamakan maksiat sebagai ketaatan.
Musuh-musuh kebangkitan Islam berusaha dengan sekuat tenaga menggelincirkan wanita itu, lalu Allah menggagalkan tipu daya mereka dan meneguhkan orang-orang Mu’min di atas ketaatan kepada Tuhannya. Mereka memanfaatkan wanita itu dengan cara-cara kotor untuk memalingkannya dari jalan Tuhan dengan memproduksi jilbab dalam berbagai bentuk dan menamakannya sebagai “jalan tengah” yang dengan itu ia akan mendapatkan ridha Tuhannya -sebagaimana pengakuan mereka- dan pada saat yang sama ia dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan tetap menjaga kecantikannya.
Kami Dengar Dan Kami Taat
Seorang muslim yang jujur akan menerima perintah Tuhannya dan segera menerjemahkannya dalam amal nyata, karena cinta dan perhomatannya terhadap Islam, bangga dengan syariat-Nya, mendengar dan taat kepada sunnah nabi-Nya dan tidak peduli dengan keadaan orang-orang sesat yang berpaling dari kenyataan yang sebenarnya, serta lalai akan tempat kembali yang ia nantikan. Allah menafikan keimanan orang yang berpaling dari ketaatan kepada-Nya dan kepada rasul-Nya:“Dan mereka berkata: “Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami menaati (keduanya).” Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang.” (Q.S. An-Nur: 47-48)
Firman Allah yang lain (yang artinya): “Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan: “Kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapatkan kemenangan.” (Q.S. An-Nur: 51-52)
Dari Shofiyah binti Syaibah berkata: “Ketika kami bersama Aisyah radhiyallahu anha, beliau berkata: “Saya teringat akan wanita-wanita Quraisy dan keutamaan mereka.” Aisyah berkata: “Sesungguhnya wanita-wanita Quraisy memiliki keutamaan, dan demi Allah, saya tidak melihat wanita yang lebih percaya kepada kitab Allah dan lebih meyakini ayat-ayat-Nya melebihi wanita-wanita Anshor. Ketika turun kepada mereka ayat: “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya.” (Q.S. An-Nur: 31) Maka para suami segera mendatangi istri-istri mereka dan membacakan apa yang diturunkan Allah kepada mereka. Mereka membacakan ayat itu kepada istri, anak wanita, saudara wanita dan kaum kerabatnya. Dan tidak seorangpun di antara wanita itu kecuali segera berdiri mengambil kain gorden (tirai) dan menutupi kepala dan wajahnya, karena percaya dan iman kepada apa yang diturunkan Allah dalam kitab-Nya. Sehingga mereka (berjalan) di belakang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dengan kain penutup seakan-akan di atas kepalanya terdapat burung gagak.”
Dikutip dari Kitab “Al Hijab” Departemen Agama Arab Saudi, Penebit: Darul Qosim P.O. Box 6373 Riyadh 11442
Dikutip dari darussalaf.or.id offline dinukil dari http://salafy-jtn.co.nr, Penulis: Departemen Agama Arab Saudi, judul: keutamaan Hijab


4 (Empat) Nasehat buat Saudariku Muslimah
Posted by Admin pada 24/09/2009
Dunia telah menawarkan gemerlap perhiasannya. Di sana ada sisi-sisi kehidupan yang mengancam kehormatan kaum wanita. Tak layak kita lalai menelaah ancaman itu melalui untaian nasihat untuk mengingatkan setiap wanita muslimah yang menginginkan keselamatan.
Saudariku muslimah, hendaknya engkau waspada akan bahaya hubungan yang haram dan segala yang berselubung “cinta” namun menyembunyikan sesuatu yang nista. Engkau pun hendaknya berhati-hati terhadap pergaulan bebas dengan para pemuda ataupun laki-laki tak bermoral yang ingin merampas kehormatanmu di balik kedok “cinta”.
Duhai saudariku muslimah – semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya padamu – ada hal-hal yang semestinya engkau waspadai :
1.   Tabarruj.
Hati-hatilah, jangan sampai dirimu terjatuh dalam perangkapnya dan janganlah kecantikan yang Allah anugerahkan kepadamu membuatmu terpedaya. Sesungguhnya akhir dari sebuah kecantikan hanyalah bangkai yang menjijikkan dalam kegelapan kubur dan secarik kain kafan, beserta cacing-cacing yang merasa iri padamu dan merampas kecantikan itu darimu.


Ingatlah Saudariku, wanita yang bertabarruj berhak mendapatkan laknat, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam2 :
“Laknatilah mereka (wanita yang bertabarruj), karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang terlaknat”.
Bahkan Beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam telah bersabda3:
“Dan wanita-wanita yang berpakaian namun (pada hakekatnya) telanjang, mereka berlenggak-lenggok, kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang miring, mereka tidak akan masuk ke dalam surga, bahkan mereka tidak akan dapat mencium harumnya surga, padahal wanginya dapat tercium dari jarak sekian-sekian”.
Tidakkah engkau ketahui, duhai Saudariku, saat ini wanita telah menjadi barang dagangan yang murah. Buktinya adalah iklan-iklan televisi. Tidaklah engkau melihat iklan sepatu atau alat-alat olahraga, bahkan iklan kolam renang, pasti di sana ditayangkan sosok wanita.
Di manakah gerangan orang-orang yang menuntut kebebasan kaum wanita? Sesungguhnya mereka menuntut kebebasan wanita bukanlah karena simpati atau iba terhadap wanita, justru mereka menuntut kebebasan itu agar dapat menikmati wanita!
Satu bukti bahwa wanita itu tidak berharga di sisi mereka adalah ucapan salah seorang dari “serigala” tak bermoral. Ia menyatakan: ”Gelas (khamar) dan perempuan cantik lebih banyak menghancurkan umat Muhammad dari pada seribu senjata. Maka tenggelamkanlah mereka dalam cinta syahwat”.
Tahukah dirimu, bagaimana para wanita diperdagangkan oleh orang-orang yang menuntut kebebasannya? Seakan-akan mereka berkata:
Janganlah kau tertipu dengan senyumanku. Karena kata-kataku membuatmu tertawa, namun sesungguhnya perbuatanku membuatmu menangis
2.    Telepon
Berapa banyak sudah pemudi yang direnggut kesuciannya dan ditimpa kehancuran dalam kehidupannya? Bahkan sebagian di antara mereka bunuh diri. Semua itu tidak lain disebabkan oleh telepon.
Coba engkau simak kisah ini! Sungguh, di dalamnya tersimpan pelajaran berharga. Ada seorang gadis berkenalan dengan seorang pemuda melalui telepon, kemudian mereka menjalin hubungan akrab. Seiring berlalunya waktu tumbuhlah benih-benih asmara di antara mereka. Suatu hari “serigala” itu mengajaknya pergi. Tatkala ia berada di atas mobil, lelaki itu menghisap rokok.
Ternyata asap rokok itu membiusnya. Setelah sadar ia temukan dirinya berada di depan pintu rumahnya dalam keadaan telah dilecehkan kehormatannya. Ia mendapati dirinya mengandung anak hasil zina. Akhirnya gadis itu bunuh diri, karena ingin lari dari aib dan cela. Sungguh lelaki itu ibarat seekor serigala yang memangsa kambing betina. Setelah puas mengambil apa yang ia kehendaki, ia pergi dan meninggalkannya.



3.    Khalwat
Semestinya engkau jauhi khalwat, karena khalwat adalah awal bencana yang akan menimpamu, sebagaimana ucapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam5 :
“Tidaklah seorang lelaki berkhalwat (berduaan) dengan seorang perempuan kecuali yang ketiganya adalah syaitan”.
Apabila syaitan datang padamu, ia akan menjerumuskanmu dalam musibah. Berapa banyak gadis yang diperdaya oleh lelaki tak bermoral, hingga terjadilah perkara yang keji. Semuanya dikemas dengan label “cinta”.
Ada seorang gadis pergi berdua bersama pasangannya, lalu lelaki itu merayunya dengan kata-kata yang manis. Dikatakannya pada gadis itu, yang mereka lakukan itu adalah sesuatu yang indah dan menyenangkan. Akhirnya lelaki itu pun mengajaknya pergi ke tempat yang sunyi. Ketika sang gadis meminta untuk pulang, lelaki itu menolaknya, kemudian…
4.   pergaulan yang jelek.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda : “Seseorang itu ada diatas agama temannya, maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa yang ia jadikan teman”. Wahai saudariku, ambillah pelajaran dari selainmu, sebelum engkau mengalami apa yang ia alami. Sesungguhnya orang yang berbahagia adalah orang yang dapat memetik nasihat dari peristiwa yang menimpa orang lain, dan orang yang celaka adalah orang yang hanya bisa mendapat nasihat dari sesuatu yang menimpa dirinya sendiri.

Akhirnya, segala puji hanyalah bagi Allah Rabb seluruh alam. (diterjemahkan dari kitabUkhti Al Muslimah Ihdzari Adz Dzi’ab karya Salim Al ‘Ajmi oleh Ummu ‘Affan Nafisah bintu Abi Salim)
Dikutip dari: http://www.asysyariah.com Penulis : Ummu ‘Affan Nafisah bintu Abi Salim Judul: Jangan Biarkan Tangan Itu Merenggutmu


Posisi-Posisi Sex Hot Dalam Persepektif Agama Islam


Posisi-Posisi Sex Hot Dalam Persepektif Agama Islam
Satu hal lagi yang menambah kenikmatan dalam hubungan intim suami istri agarmencapai orgasme, yaitu posisi bersetubuh (sex positions). Kebetulan Islam sendiri memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada pemeluknya untuk mencoba berbagai variasi posisi dalam berhubungan seks. Satu-satunya ketentuan yang diatur syariat hanyalah, semua posisi seks itu tetap dilakukan pada satu jalan, yaitu farji. Bukan yang lainnya.
Allah SWT berfirman, “Istri-istrimu adalah tempat bercocok tanammu, datangilah ia dari arah manapun yang kalian kehendaki.”( QS. Al-Baqarah 2:223).

1.      Bertenang Ketika Memui Jima’
Apabila suami mau menusukkan zakarnya ke dalam faraj isteri, bertenanglah dan sama-samalah dengan suami membaca Bismillah. Ketenangan ini penting bagi penghayatan rasa, dan InsyaAllah isteri akan merasa lebih nikmat dan mudah mencapai kepuasan. Rasulullah s. a. w. sendiri berpesan kepada isteri-isterinya agar bertenang ketika itu.  Menurut riwayat Al-Khatib danUmmu Salmah, Rasulullah menutup kepalanya, dan membisikkankepada isterinya engkau dengan tenang.

2.       Paling baik Berada Di Bawah
Posisi jimak yang terbaik ialah suami berada di atas isteridalam keadaan terlangkup sedang isteri pula terlentang di bawahsuami bagaikan hamparan. Sebuah hadis ada menyebut ertinya: “Anakitu milik yang menjadi hamparan (wanita)”. Posisi inilah yangpaling merehatkan isteri, dan membolehkan isteri menumpukanperhatian kepada rasa kenikmatan. Sekiranya alat kelamin suamiitu besar pun, posisi inilah yang terbaik bagi menampungnya, keranapeha boleh dihamparkan selebar mungkin.

3.      Seburuk-buruk Kedudukan Berjima
Posisi jima yang dianggap paling buruk dan segi kesihatan ialahkeadaan dimana isteri berada di atas suami dalam keadaan terlentang sementara suaminya juga baring terlentang. Dengan posisi ini suamiakan memasukkan zakarnya dari arah punggung isterinya. Dan segi kesihatan ini dianggap bahaya kerana mani tidak boleh keluar habis dan boleh menyebabkan kerosakan alat kelamin dan boleh mengakibatkan suami mati pucuk juga oleh perubatan moden.
4.      Posisi Ijba’ (Doggy Style)
Menurut ahli tafsir, ayat ini turun sehubungan dengan kejadian di Madinah. Suatu ketika beberapa wanita Madinah yang menikah dengan kaum muhajirin mengadu kepada Rasulullah SAW, karena suami-suami mereka ingin melakukan hubungan seks dalam posisi ijba’ atau tajbiyah.
Ijba’ (Doggy style) adalah posisi seks dimana lelaki mendatangi farji (vagina) perempuan dari arah belakang. Yang menjadi persoalan, para wanita Madinah itu pernah mendengar perempuan-perempuan Yahudi mengatakan, barangsiapa yang berjima’ dengan cara ijba’ maka anaknya kelak akan bermata juling. Lalu turunlah ayat tersebut.
5.       Variasi Posisi Seks yang Lain
Lalu bagaimana dengan variasi posisi seks yang lain? Terkait dengan ayat 233 Surah Al-Baqarah diatas, Imam Nawawi menjelaskan, “Ayat tersebut menunjukan diperbolehkannya menyetubuhi wanita dari depan atau belakang, dengan cara menindih atau bertelungkup. Adapun menyetubuhi melalui dubur tidak diperbolehkan, karena itu bukan lokasi bercocok tanam.” Bercocok tanam yang dimaksud adalah berketurunan.
Muhammad Syamsul Haqqil Azhim Abadi dalam ‘Aunul Ma’bud menambahkan, “Kata ladang (hartsun) yang disebut dalam Al-Quran menunjukkan, wanita boleh digauli dengan cara apapun : berbaring, berdiri atau duduk, dan menghadap atau membelakangi..”
Demikianlah, Islam, sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, lagi-lagi terbukti memiliki ajaran yang sangat lengkap dan seksama dalam membimbing umatnya mengarungi samudera kehidupan. Semua sisi dan potensi kehidupan dikupas tuntas serta diberi tuntunan yang detail, agar umatnya bisa tetap bersyariat seraya menjalani fitrah kemanusiannya.
(Sumber : Sutra Ungu, Panduan Berhubungan Intim Dalam Perspektif Islam, karya Abu Umar Baasyir dan dari berbagai sumber

Sumber: 
http://id.shvoong.com/lifestyle/fashion-and-beauty/2166146-posisi-posisi-sex-yang-hot/#ixzz20ksXuBvB

Minggu, 15 Juli 2012

Keutamaan Bulan Sya'ban


 Nabi Saww. bersabda : “Bahwa Rajab itu bulan Allah, Sya’ban bulanKu dan Ramadhan adalah bulan ummat-Ku”.
Hadis ini disebutkan dalam kita Al-Jami’ karya Imam Suyuti. Para ulama menerangkan maksud hadis ini.
Rajab adalah bulan Istigfar, Sya’ban adalah bulan untuk memperbanyak Shalawat kepada Rasulullah Saww,
dan Ramadhan adalah bulan memperbanyak bacaan Al-Qur’an.

Dari Nabi Saww., bahwa beliau bersabda :
“Keutamaan bulan Sya’ban diatas semua bulan itu seperti keutamaan saya diatas semua para Nabi dan keutamaan
bulan Ramadhan diatas semua bulan itu seperti keutamaan Allah ta’aalaa diatas semua hambaNya”.
Sabda Nabi Saww. :
“Tahukah kamu sekalian, mengapa dinamakan bulan Sya’ban?
Mereka menjawab : “Allah dan RasulNya maha mengetahui.
Beliau bersabda : “Karena didalam bulan itu bercabanglah kebaikan yang banyak sekali”. (’Raudhatul ‘Ulama)
Dari Abi Hurairah Ra. Beliau Nabi Saww. bersabda :
“Telah datang kepadaku Jibril pada malam nisfi/pertengahan bulan Sya’ban dan dia berkata : “Hai Muhammad Saww.
pada malam ini pintu-pintu langit dan pintu-pintu rahmat dibuka.
Maka berdirilah dan kerjakanlah shalat kemudian angkatlah kepalamu serta dua tanganmu kelangit:”
Kata saya : “Hai Jibril, apakah artinya malam ini?”
Dia menjawab : “Pada malam ini telah dibuka tiga ratus pintu rahmat, maka Allah ta’aalaa mengampuni semua orang
yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun, melainkan orang ahli sihir, dukun, orang yang suka bermusuhan,
peminum khamer/arak, orang yang selalu melacur atau pemakan harta riba atau orang yang durhaka kepada orang tua,
orang yang suka beradu domba dan memutuskan tali persaudaraan, maka sesungguhnya mereka itu tidak akan
diampuni sehingga mereka itu mau bertobat dan mau meninggalkan”.
Dari Yahya bin Mu’aadz bahwa dia berkata : “Sesungguhnya didalam kata “Sya’baan” mengandung lima huruf,
yang masing-masing huruf itu merupakan singkatan anugrah kepada orang-orang yang beriman.
Syin kepanjangan kata syarafun wa ayafaa’atun artinya kemuliaan dan pertolongan; ‘ain kepanjangan kata
‘izzatun wa karaamatu artinya keperkasaan dan keutamaan; baa-un kepanjangan kata birrun artinya kebaikan;
alifun kepanjangan dari kata ulfatun artinya rasa kasih sayang; nuunun kepanjangan dari kata nuurun artinya cahaya”.
Oleh karena itu telah diterangkan : “Bulan Rajab kesempatan membersihkan badan, bulan Sya’ban kesempatan
membersihkan hati dan bulan Ramadhan kesempatan mensucikan jiwa.
Maka sesungguhnya orang yang membersihkan badannya dibulan Rajab, seharusnya dia membersihkan hatinya
dibulan Sya’ban, dan barang siapa yang membersihkan hatinya dibulan Sya’ban juga seharusnya membersihkan
jiwanya dibulan Ramadhan.
Maka kalau dia tidak membersihkan badannya dibulan Rajab dan tidak membersihkan hatinya dibulan Sya’ban,
kemudian kapan/bagaimana dia bisa membersihkan jiwanya dibulan Ramadhan?
Oleh karena itu sementara Hukama berkata : “Sungguh bulan Rajab itu kesempatan untuk mohon ampunan
dari segala dosa, bulan Sya’ban kesempatan untuk memperbaiki hati dari segala macam cela dan bulan
Ramadhan untuk menerangkan hati/membersihkan hati/jiwa Lailatul Qadar untuk mendekatkan diri kepada
Allah ta’aalaa”. (Zubdatul Waa’izdiina)
Dari Habib Ahmad bin Novel bin Jindan :
“Bulan Rajab adalah dimana kita menanam, bulan Sya’ban dimana kita mengairi, dan bulan Ramadhan dimana kita
memetik”
Dari Nabi Saww. bersabda :
“Barang siapa berpuasa tiga hari dari permulaan bulan Sya’ban dan tiga hari dipertengahan bulan Sya’ban serta
tiga hari diakhir bulan Sya’ban, maka Allah ta’aalaa mencatat baginya seperti pahala tujuh puluh Nabi, dan seperti
orang yang beribadah kepada Allah ta’aalaa selama tujuh puluh tahun dan apabila dia mati ditahun itu maka dia
sebagai orang yang mati syahid”.

Dari Nabi Saww. bersabda :
“Barang siapa yang mengagungkan bulan Sya’ban, bertaqwa kepada Allah dan bertaat kepadaNya serta menahan
diri dari perbuatan ma’syiyat/durhaka, maka Allah ta’aalaa mengampuni semua disanya dan menyelamatkannya
didalam satu tahun itu dari segala macam bencana dan dari bermacam-macam penyakit”. (Zubdatul Waa’izdiina)
Diceritakan dari Muhammad bin Abdullah Az-Zaahidiy bahwa dia berkata : “Kawan saya Abu Hafshin Al-Kabir
telah meninggal dunia, maka saya juga menyalati jenazahnya. dan saya tidak mengunjungi kuburnya selama delapan bulan.
Kemudian saya bermaksud akan menengok kuburnya. Ketika saya tidur dimalam hari saya bermimpi melihatnya
dia sudah berobah mukanya menjadi pucat, maka saya bersalam kepadanya dan dia tidak membalasnya. Kemudian
saya berkata/bertanya kepadanya : “Subhaanallaahi / Maha Suci Allah, mengapa engkau tidak membalas salam saya?”.
Dia menjawab : “Membalas salam adalah ibadah, sedang kami sekalian telah terputus dari ibadah”.
Kata saya : “Mengapa saya melihat wajahmu berubah, padahal sungguh engkau dahulu berwajah bagus?”.
Dia menjawab : “Ketika saya dibaringkan didalam kubur, telah datang satu Malaikat dan duduk disebelah
kepala saya seraya berkata : “Hai situa yang jahat, dan dia menghitung semua dosa saya dan semua perbuatan saya
yang jahat bahkan diapun memukul saya dengan sebatang kayu sehingga badan saya terbakar”.
Kuburpun berkata kepada saya : “Apakah engkau tidak malu kepada Tuhanku?”. Kemudian kuburpun menghimpit
saya dengan himpitan yang kuat sekali sehingga tulang-tulang rusukku menjadi bertebaran dan sendi-sendi
tulangkupun menjadi terpisah-pisah sedang saya dalam siksa sampai malam pertama bulan Sya’ban”.
Waktu itu ada suara mengundang dari atas saya : “Hai Malaikat, angkatlah batang kayumu dan siksamu dari
padanya, karena sesungguhnya dia pernah menghidupkan/mengagungkan satu malam dari bulan Sya’ban selama
hidupnya dan pernah berpuasa pula satu hari dibulan Sya’ban”.
Maka Allah ta’aalaa menghapuskan siksa dari padaku dengan sebab aku memuliakan malam hari di bulan
Sya’ban dengan shalat dan berpuasa satu hari dibulan Sya’ban; kemudian Dia Allah ta’aalaa memberi kegembiraan
kepada saya dengan sorga dan kasih sayangNya”.
Dari Nabi Saww. bersabda :
“Barang siapa yang menghidupkan malam dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adh-ha) dan setengah dari bulan Sya’ban,
maka hatinya tidak akan mati disaat semua hati sama mati”. (Zahratur Riyaadhi)
Dari ‘Aisyah ra., ia berkata :
“Tidak pernah Rasulullah Saww. berpuasa dari suatu bulan yang lebih banyak daripada bulan Sya’ban.
Sungguh beliau berpuasa penuh pada bulan Sya’ban”.
Dan didalam riwayat yang lain dikatakan : “Beliau berpuasa pada bulan Sya’ban, kecuali sedikit (beberapa
hari saja beliau tidak berpuasa)”. (HR.Bukhari dan Muslim)
Rasulullah Saww. ditanya tentang : “Wahai Rasulullah, kami belum pernah melihat engkau berpuasa pada bulan-bulan
lain, seperti engkau berpuasa pada bulan Sya’ban”. Rasul Saww. bersabda : “Itulah bulan yang dilupakan oleh
manusia, antara Rajab dan Ramadhan. Yaitu bulan dimana amal-amal manusia dilaporkan kepada penguasa alam
semesta. Maka aku lebih suka bila amalku dilaporkan sementara aku sedang berpuasa”. (HR.Ahmad)
Diriwayatkan dari ‘Atha-i bin Yasari Ra. bahwa dia berkata : “Tidak ada satu malam sesudah malam Qadar
(Lailatil Qadar) yang lebih utama kecuali dari malam setengah bulan Sya’ban”.
Wahai Saudara-saudariku jadikanlah dibulan Sya’ban ini kita banyak-banyak berpuasa dan beramal shaleh menghidupkan
sunah Nabi Saww. serta memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad Saww,
agar kita diridhai oleh Allah Swt. dan mendapat safa’at dari Rasulallah Saww., serta tidak menjadi orang yang
merugi diakhirat nanti karena mengetahui keutamaan bulan Sya’ban dan pahala/ganjaran dari shalawat kepada
Nabi Saww. karena “siapa yang cinta pada sesuatu hal maka ia akan sering menyebut-nyebutnya”.